Vitamin C dan vitamin B merupakan vitamin yang larut dalam air. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air merupakan komponen system enzim yang banyak terlibat dalam membantu metabolisme energi. Vitamin yang larut dalam air biasanya tidak disimpan di dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urine dalam dalam jumlah yang kecil. Oleh sebab itu vitamin yang larut dalam air perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang akan mengganggu fungsi tubuh normal.
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, terdapat dalam kompartemen sitosol, struktur vitamin C sangat mirip dengan glukosa pada sebagian besar mamalia. Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut di dalam air. Dalam keadaan kering vitamin c cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi0 terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling stabil.
Vitamin C adalah suatu turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L- asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Kedua bentuk itu aktif ecara biologik tetapi bentuk tereduksi adalah yang paling aktif.
Menurut Almatsier (2003) vitamin C mudah diabsorbsi baik secara aktif maupun secara difusi pada bagian usus halus, lalu masuk ke dalam peredaran darah melalui vena porta dan dibawa ke seluruh jaringan, terutama kelenjar adrenal, pituitari dan retina. Tubuh dapat menyimpan vitamin C hingga 1500mg bila konsumsi mencapai 100mg/hari. Jumlah ini dapat sebagai cadangan selama 3 bulan sehingga dapat mencegah terjadinya skorbut. Tanda-tanda skorbut akan timbul bila persediaan tinggal 300mg. Saran jumlah harian yang diperbolehkan atau recommended daily allowance (RDA) adalah 60 mg/hari (Almatsier, 2003). Peningkatan konsumsi vitamin C dibutuhkan dalam keadaan stres psikologik atau fisik, seperti pada luka, panas tinggi atau suhu lingkungan tinggi, olah raga yang berat dan pada perokok. Bila dikonsumsi dalam jumlah melebihi kecukupan namun kurang dari 500 mg/ hari dalam keadaan biasa, vitamin C akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk asam askorbat atau sebagai karbon dioksida melalui pernafasan, namun bila dikonsumsi 500 mg/hari atau lebih akan dimetabolisme menjadi asam oksalat. Dalam jumlah banyak asam oksalat di dalam ginjal dapat diubah menjadi batu ginjal, sehingga menggunakan vitamin C dosis tinggi pada keadaan biasa secara rutin tidak dianjurkan.
Menurut Almatsier (2003) status vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan pengukuran kadar plasma vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui bila kadar vitamin C darah di bawah 0,2 mg/dl. Menurut Bishop et al. ( 1996) nilai normal kadar vitamin C darah adalah 0,3 – 2,0 mg/dl serum atau plasma dan 15 – 30 mg/dl di leukosit. Kadar vitamin C plasma > 1,0mg/dl diyakini mencerminkan suatu cadangan tubuh yang maksimum. Kadar vitamin C plasma < 0,2 mg/dl atau konsentrasi di leukosit < 7 mg/dl menunjukan suatu risiko tinggi kekurangan vitamin C. Kadar di leukosit meski secara teknis lebih sulit ditentukan, lebih dekat mencerminkan kadar jaringan dan cadangan tubuh dibandingkan yang dicerminkan oleh nilai plasma.
Pada pemberian oral, vitamin C diabsorbsi dengan baik pada dosis lebih rendah, tetapi absorbsi menurun sesuai peningkatan dosis. Ketersediaan hayati setelah pemberian secara oral adalah 87% untuk pemberian 30 mg, 80 % untuk pemberian 100 mg, 72 % untuk pemberian 200 mg dan 63% untuk pemberian 500 mg. Pada pemberian dengan dosis 1250 mg kurang dari 50% yang diabsorbsi. Vitamin C direabsorbsi oleh ginjal pada individu yang sehat, tetapi hilang pada pasien yang dilakukan hemodialisis. Ketersediaan hayati yang menurun dan eksresi melalui ginjal mempertahankan kadar vitamin C dalam darah kurang dari 100µmol/L, bahkan pada dosis per-oral 1000mg ( Padayatty, 2001). Menurut Applegate (1999) pemberian vitamin C dengan dosis 250 mg per hari sudah dapat meningkatkan kadar vitamin C dalam darah.